Kampung Randu kulon, adalah nama sebuah
kampung yg kini menjadi salah satu kampung paling padat penduduk setelah
melewati tahun 2000’an. Namun, dahulu, sebelum masa pendatang berdatangan dan
menghuni lahan di kampung ini, kampung ini pernah menyimpan beribu cerita
misteri.
dari hal2 yg biasa hingga hal2 di luar nalar
manusia, apapun itu, bila menginjakkan kaki di kampung ini, konon, kengerian
itu langsung terasa begitu saja.
setidaknya itu adalah gambaran nama yg tepat bagi gw untuk menyamarkan nama kampung gw sebagai pembuka sajian gw malam ini,
setidaknya itu adalah gambaran nama yg tepat bagi gw untuk menyamarkan nama kampung gw sebagai pembuka sajian gw malam ini,
di karenakan bila gw menunjukkan nama
sebenarnya dari kampung gw, takutnya akan membuat gw sendiri sebagai si
pencerita kesulitan atau malah bisa terkena masalah, karena menyangkut privacy
gw dan warganya.
Di sajian gw malam ini, kita akan memutar
waktu dimana ketika pertama kali kampung ini berdiri dan hanya di huni oleh
beberapa kepala keluarga yg bisa di hitung jari, namun, sebelum gw mulai, gk
ada salahnya buat gw mengingatkan, bahwa cerita ini di tulis berdasarkan
pengalaman-
-dan cerita2 yg berkembang yg langsung di
ceritakan oleh warga, tetangga, tetua kampung hingga semua orang yg dulu pernah
terlibat secara langsung atau tidak langsung, jadi semua cerita ini bisa di
pertanggung jawabkan. dan gw sebagai si penulis tidak melebih2kan kejadian-
atau pengalaman dengan mereka yg juga
menghuni alam ini bersama kita.
1. Tamu
Malam itu, hujan rintik2, sudah 3 hari
berturut2 hujan turun di kampung ini, pos ronda terlihat sepi, tidak ada orang
yg akan mau apalagi repot2 pergi berjaga di kampung dengan kondisi dingin di
sertai hujan seperti ini, hal itulah yg di pikirkan oleh Mbah Gimon.
saat itu usianya masih terbilang masih muda
berkisar antara umur 30'an.
kaget bercampur penasaran, karena di pos ronda yg jaraknya hanya sekitar beberapa meter dari rumah mbah Gimon ada seseorang yg tengah duduk disana, sendirian dengan bercahayakan lampu petromax yg menyala2.
kaget bercampur penasaran, karena di pos ronda yg jaraknya hanya sekitar beberapa meter dari rumah mbah Gimon ada seseorang yg tengah duduk disana, sendirian dengan bercahayakan lampu petromax yg menyala2.
“siapakah gerangan?” kata mbah Gimon dalam
hati
Namun rasa penasaran itu di tepis begitu saja, karena yg tersirat dalam pikiran mbah Gimon, hanyalah mungkin anak muda yg sedang mencari angin atau mungkin orang yg berteduh dari rintiknya hujan sembari menikmati suasana.
Namun rasa penasaran itu di tepis begitu saja, karena yg tersirat dalam pikiran mbah Gimon, hanyalah mungkin anak muda yg sedang mencari angin atau mungkin orang yg berteduh dari rintiknya hujan sembari menikmati suasana.
anehnya, kejadian ini terjadi berkali2,
setiap malam, di kala hujan turun dan tidak ada warga satupun yg pergi keluar,
selalu saja di temui sosok itu tengah duduk sendiri.
Karena rasa penasaran yg semakin lama semakin
menggunung, maka, malam itu, ketika hujan turun kembali, di temuilah sosok itu,
dan benar saja, sosok itu seperti sudah menunggunya.
“Assalamualaikum” kta mbah Gimon, menyapa,
rupanya yg ada di hadapanya adalah seorang pemuda tanggung, lebih muda dari
mbah Gimon saat itu, pemuda itu tidak menjawab, hanya tersenyum tipis, tidak
ada hal yg membuat mbh Gimon lebih curiga manakala baru pertama kalinya dia
melihat-
-wajah pemuda ini ada di kampung yg hanya di
huni oleh beberapa kepala keluarga.
“sinten nggih? Kok ra tau ketok nok kene sampeyan” (siapa ya? Kok baru pertama kali saya lihat kamu)
“sinten nggih? Kok ra tau ketok nok kene sampeyan” (siapa ya? Kok baru pertama kali saya lihat kamu)
Pemuda itu lagi2 tidak menjawab, hanya duduk
dan melihat mbah Gimon sembari tersenyum tanpa arti, hal itu membuat mbah Gimon
tidak nyaman, dinginya malam sudah mulai menusuk ke tulang, sembari menunggu
jawaban, mbah Gimon merasa semakin curiga dengan pemuda ini.
Tidak beberapa lama, muncul seseorang lain,
dengan baju koko dan peci putih, aromanya wangi, berjalan dalam keheningan, yg
tau menau orang itu sudah berdiri di hadapan mbah Gimon dan pemuda itu.
“Assalamualaikum” katanya, ramah.
“Assalamualaikum” katanya, ramah.
“Waalaikumsallam” jawab mbah Gimon, sembari
mencium tangan orang itu yg rupanya adalah Pak Muslimin, guru ngaji sekaligus
imam Surah di kampung ini.
Dengan sekali lihat, mata pak Muslim memandang pemuda asing itu, lama ia melihatnya lalu ikut duduk bergabung bersama.
Dengan sekali lihat, mata pak Muslim memandang pemuda asing itu, lama ia melihatnya lalu ikut duduk bergabung bersama.
“Onok opo to le, kok onok nang kene?” (ada
apa ta nak, kok kamu ada disini?)
Untuk prtama kalinya, pemuda itu menjawab, suaranya kecil dan tampak sopan, “kulo di usir pak kale maha ratu, mboten gadah tempat tinggal” (saya baru saja di usir oleh maharatu, jadi belum punya tempat)
Untuk prtama kalinya, pemuda itu menjawab, suaranya kecil dan tampak sopan, “kulo di usir pak kale maha ratu, mboten gadah tempat tinggal” (saya baru saja di usir oleh maharatu, jadi belum punya tempat)
Mbah Gimon tampak tertegun atas apa yg di
ucapkan oleh pemuda itu yg terdengar asing di telinganya, apa maksudnya
maharatu dan siapa yg mengusir pemuda ini, namun mbah Gimon memilih
mendengarkan.
“ngunu to” (oh begitu) kata pak Muslim “wes
ngene a ewes” (sudah begini saja)
“yo opo nek awakmu tak kek’I enggon gawe panggon ben awakmu gak nganggu warga kene” (bagaimana kalau kamu tak kasih tempat tinggal biar kamu tidak menganggu warga sini) kata pak Muslim.
“yo opo nek awakmu tak kek’I enggon gawe panggon ben awakmu gak nganggu warga kene” (bagaimana kalau kamu tak kasih tempat tinggal biar kamu tidak menganggu warga sini) kata pak Muslim.
Mbah Gimon masih terlihat bingung.
“nggih pak, yen onten kulo purun” (baik pak, bila ada saya mau)
“onok2” (ada2) kata pak Muslim, “jenenge panggon seng tak tawarke jeneng’e SAPI” (nama tempat tinggal yg tak tawarkan itu SAPI)
“nggih pak, yen onten kulo purun” (baik pak, bila ada saya mau)
“onok2” (ada2) kata pak Muslim, “jenenge panggon seng tak tawarke jeneng’e SAPI” (nama tempat tinggal yg tak tawarkan itu SAPI)
Mbah Gimon tambah bingung dengan ucapan pak
Muslim, sebenarnya apa yg sedang di bicarakan oleh pak Muslim dan pemuda asing
ini. Kenapa membahas sapi dan lain sebagainya.
Rupanya, tidak beberapa lama terdengar suara
langkah kaki mendekat, mbah Gimon, serta pak Muslim juga pemuda itu memandang
kemana suara itu terdengar, rupanya, mbak Pah isterinya pak Muslim yg baru saja
datang.
“Aduh pak2, niki lo tak pendetno payung,
khawatir sampeyan durung muleh” (aduh, pak2, ini loh tak bawakan payung, saya
khawatir, bapak belum juga pulang dari tadi)
Dan tiba2, pemuda itu berdiri lalu berujar dengan senyuman di wajahnya. “oh, niki to pak seng jeneng’e SAPI kui”
Dan tiba2, pemuda itu berdiri lalu berujar dengan senyuman di wajahnya. “oh, niki to pak seng jeneng’e SAPI kui”
(oh ini ta pak yg namanya sapi itu)
Pemuda asing itu tiba2 lenyap begitu saja, menghilang, mbah Gimon tampak kaget setengah mati, baru pertama dia bisa melihat ada manusia bisa menghilang dari hadapanya, berbeda dengan mbah Gimon, pak Muslim terlihat panik.
Pemuda asing itu tiba2 lenyap begitu saja, menghilang, mbah Gimon tampak kaget setengah mati, baru pertama dia bisa melihat ada manusia bisa menghilang dari hadapanya, berbeda dengan mbah Gimon, pak Muslim terlihat panik.
“Asu tenan setan sitok iki” (Anj*ng!! bener2
setan satu ini) katanya sembari mendekati isterinya yg tiba2 berdiri dengan
mata kosong.
“ada apa to pak” kata mbah Gimon, wajahnya masih bingung bercampur ngeri bila menyaksikan hal di luar nalar seperti ini.
“ada apa to pak” kata mbah Gimon, wajahnya masih bingung bercampur ngeri bila menyaksikan hal di luar nalar seperti ini.
“iki loh Mon, setan iki wes enak tak tawari
awak’e sapi tambah mlebu gok awak’e bojoku. Bojoku ki di kiro sapi palingan”
(ini loh mon, setan yg satu ini sudah enak tak tawari badan sapi, malah masuk
ke badanya isteriku, apa di kira isteriku ini sapi)
“setan nopo to pak?”
“setan nopo to pak?”
(setan apa tah pak?)
“loh, dadi awakmu ra eroh ta sopo arek lanang mau iku?” (loh jadi dari tadi kamu tidak tau anak lelaki yg menemani kamu dari tadi disini??)
“loh, dadi awakmu ra eroh ta sopo arek lanang mau iku?” (loh jadi dari tadi kamu tidak tau anak lelaki yg menemani kamu dari tadi disini??)
Mbah Gimon menggelengkan kepalanya.
“iku ngunu guk menungso mon, iku POCONG tekan pabrik gula iku” (itu tadi yg menemani kamu bukan manusia, itu pocong dari Pabrik Gula yg ada disana)
“iku ngunu guk menungso mon, iku POCONG tekan pabrik gula iku” (itu tadi yg menemani kamu bukan manusia, itu pocong dari Pabrik Gula yg ada disana)
Kaget, mbah Gimon tampak pucat. Pak Muslim
pun pergi dengan membawa isterinya pulang, entah apa yg akan di lakukan pak
Muslim untuk mengeluarkan pocong itu dari tubuh isterinya, karena setelah itu
mbah Gimon berlari pulang dan mencoba melupakan apa yg baru saja terjadi.
Ini adalah sekelumit cerita yg gw denger
dari mbah Gimon dulu, setiap kali beliau bercerita ini, gw gak berhenti tertawa
karena bagaimanapun ini masih menjadi cerita yg menggelikan, namun, bila gw
berpikir kembali,
bagaimana bila gw yg di hadapkan dengan pocong secara langsung?
bagaimana bila gw yg di hadapkan dengan pocong secara langsung?
Apakah gw masih bisa tertawa, entahlah,
untungnya sampai saat ini gw belum pernah melihat pocong yg berasal dari pabrik
gula itu.
sajian gw malam ini, masih akan sangat panjang.. karena ini masih awal sebelum kita bercerita tentang mereka yg sudah tinggal di kampung ini
sajian gw malam ini, masih akan sangat panjang.. karena ini masih awal sebelum kita bercerita tentang mereka yg sudah tinggal di kampung ini
2. Hantu Wergoel
jaman gw masih kecil, gw selalu di wanti2
(peringatkan) agar tidak pernah lewat sebuah jalan yg di sebut kebun Bambu.
tempatnya sangat luas, dan tentu saja, di penuhi oleh pohon bambu yg sangat lebat, ketika petang, kebun bambu sangat gelap, mencekam nan mengerikan,
tempatnya sangat luas, dan tentu saja, di penuhi oleh pohon bambu yg sangat lebat, ketika petang, kebun bambu sangat gelap, mencekam nan mengerikan,
lokasi kebun bambu sendiri bisa di katakan
hanya berjarak beberapa meter dari pemakaman kampung
disinilah biasanya seringkali terdengar bahwa ada makhluk lain yg senantiasa menjaga tempat ini, warga kampung memanggil namanya dengan Hantu wergoel, konon, bila melewati kebun bambu
disinilah biasanya seringkali terdengar bahwa ada makhluk lain yg senantiasa menjaga tempat ini, warga kampung memanggil namanya dengan Hantu wergoel, konon, bila melewati kebun bambu
-seringkali terdengar suara "krek krek
krek" layaknya suara bambu yg bergesekan di tiup angin maka di sarankan
untuk segera lari dari tempat itu, karena suara itu adalah pertanda bahwa tidak
jauh dari sana ada hantu Wergoel yg sudah mengamati.
menurut mereka yg pernah melihat atau
bersinggungan dengan makhluk ini, wujudnya menyerupai binatang, tingginya sama
dengan tinggi ayam kampung, kecil, namun ia berdiri layaknya manusia, memiliki
kepala dan wajah menyerupai monyet, dengan bulu hitam yg lebat,
kakinya bersirip layaknya bebek, dengan
tangan yg kuku jarinya panjang dan hitam legam.
yg menjadi pertanyaanya, apakah makhluk ini berbahaya?
jawabanya, makhluk ini sangat berbahaya, bahkan salah satu yg paling di takuti oleh warga kampung.
yg menjadi pertanyaanya, apakah makhluk ini berbahaya?
jawabanya, makhluk ini sangat berbahaya, bahkan salah satu yg paling di takuti oleh warga kampung.
dahulu saat makhluk ini seringkali
menampakkan diri, makhluk ini dapat mencelakai bahkan berujung pada kematian,
saat gw dengar cerita ini dari tetangga gw yg kebetulan rumahnya tidak jauh
dari kebun bambu, beliau bercerita bahwa pernah ada yg meninggal karena makhluk
ini
mereka yg meninggal karena makhluk ini dapat
di kenali dengan 1 cara, yaitu meninggal dengan mata dan mulut terbuka lebar,
maka itu pasti ulah makhluk ini.
pernah gw mengalami langsung kejadian dengan wergoel, namun itu adalah hari yg sial bagi gw, dan menjadi satu kenangan yg-
pernah gw mengalami langsung kejadian dengan wergoel, namun itu adalah hari yg sial bagi gw, dan menjadi satu kenangan yg-
gak bakal pernah gw lupain.
ceritanya waktu dulu gw ngaji di sebuah pondok pesantren baru, TPQ, banyak anak2 desa gw yg di paksa untuk menimba ilmu di pondok itu, meski hanya sebatas belajar mengaji, sejujurnya gw enggan mengaji disana, bukan karena apa2, namun karena tempatnya-
ceritanya waktu dulu gw ngaji di sebuah pondok pesantren baru, TPQ, banyak anak2 desa gw yg di paksa untuk menimba ilmu di pondok itu, meski hanya sebatas belajar mengaji, sejujurnya gw enggan mengaji disana, bukan karena apa2, namun karena tempatnya-
harus melewati area pemakaman dan tentu saja
kebun bambu.
gw berangkat sesudah maghrib, dan sialnya, waktu itu, cuma ada 3 anak yg pergi mengaji, yg lain, kebetulan tidak bisa ikut. sebut saja gw, Udin dan Jamal, kami berangkat bersama2, sebenarnya, sebelum isya seharusnya-
gw berangkat sesudah maghrib, dan sialnya, waktu itu, cuma ada 3 anak yg pergi mengaji, yg lain, kebetulan tidak bisa ikut. sebut saja gw, Udin dan Jamal, kami berangkat bersama2, sebenarnya, sebelum isya seharusnya-
kami sudah pulang, namun, karena terkendala
sesuatu akhirnya kami baru bisa pulang pukul 9 malam. setelah bersiap pulang,
tidak lupa di tangan kami ada obor sebagai penerangan jalan, karena, jaman gw
masih kecil, tidak ada yg namanya lampu jalan.
melewati areal pemakaman bikin gw gak
nyaman, berkali2 gw bilang permisi meski di dalam hati, gak cuma gw, jamal dan
Udin pun sama. kami semua tidak mau memandang areal pemakaman yg selalu tercium
aroma melati.
ketika sudah sedikit berjalan jauh dan meninggalkan areal pemakaman,
ketika sudah sedikit berjalan jauh dan meninggalkan areal pemakaman,
maka, tibalah kami di kebun bambu, benar
saja, baru saja menginjakkan kaki di kebun bambu, angin dingin seperti
berhembus begitu saja, membuat api di obor kami perlahan bergoyang. lalu,
tiba2, kami semua mendengarnya..
"Kreek Krekkkk Krekkkk"
"Kreek Krekkkk Krekkkk"
kami berpandangan satu sama lain, tahu akan
apa yg menimpa kami, tanpa pikir panjang, gw langsung melihat kesana-kemari,
bersiap mengambil ancang2 untuk segera meninggalkan tempat ini, Udin yg pertama
lari, di ikuti Jamal dan terakhir gw, entah apa yg gw pikirkan, malam itu-
jauh lebih gelap dari biasanya, gw lari
tanpa memperdulikan sandal yg terlepas dari kaki gw, sandal bisa di cari besok
hari, tapi kalau nyawa, kemana gw harus mencari.
Udin dan Jamal sudah menghilang dari pandangan gw, memang sial betul gw, karena gw yg paling kecil saat itu
Udin dan Jamal sudah menghilang dari pandangan gw, memang sial betul gw, karena gw yg paling kecil saat itu
langkah kaki gw gak selebar mereka berdua.
belum juga gw memikirkan itu, tiba2 kaki gw terperosok masuk saat tersandung
sulur2 bambu yg gak gw lihat di depan gw, sontak gw terjatuh dengan wajah
menghantam tanah. keras sekali, sampai kening gw sakit sekali.
lalu, suara itu kembali lagi.
"krieeekkk krieeekkkk krieeekkkkk"
dan benar saja, belum gw berdiri, di depan gw melihat makhluk kecil, tingginya gak lebih tinggi dari anjing milik tetangga gw, mungkin seukuran ayam kampung, matanya merah menyala di tengah kegelapan,
"krieeekkk krieeekkkk krieeekkkkk"
dan benar saja, belum gw berdiri, di depan gw melihat makhluk kecil, tingginya gak lebih tinggi dari anjing milik tetangga gw, mungkin seukuran ayam kampung, matanya merah menyala di tengah kegelapan,
kepalanya benar2 menyerupai monyet lengkap
dengan taringnya ketika makhluk itu bersuara "krieekkkk krieekkkk
krieeekkkk" di depan gw.
tidak ada pergerakan di antara kami berdua, sementara gw terus melihat makhluk itu, terpaku dengan sosok yg asing dan mengundang penasaran
tidak ada pergerakan di antara kami berdua, sementara gw terus melihat makhluk itu, terpaku dengan sosok yg asing dan mengundang penasaran
yg gw denger dari cerita tentang hantu ini
adalah, hantu ini biasanya menggelitik korbanya hingga tewas, itulah sebabnya
korbanya meninggal dengan mata dan mulut terbuka, namun yg gak gw tau adalah
proses bagaimana makhluk ini menggelitik korbanya, dan ada lagi yg pernah-
-gw denger dari makhluk ini.
meski kakinya bersirip seperti bebek, namun
ketika berlari, makhluk ini cepatnya bukan main, bahkan mustahil bisa selamat
dari kejaran Wergoel, hanya ada satu cara yg bisa menyelamatkan diri dari
cengkraman Wergoel, yaitu, dahan pisang
Wergoel sangat takut dengan suara cambuk yg
keras, dan suara cambuk bisa di hasilkan dari dahan pisang yg di injak sampai
membentuk sulur yg meliuk, sehingga ketika di lecutkan di tanah, maka suaranya
menyerupai suara cambuk yg menggelegar
sayangnya, tidak ada kebun pisang di areal
kebun bambu, hanya dahan dan sulur bambu yg mustahil bisa menghasilkan suara
menyerupai cambuk, jadi gw pun hanya terpaku mematung melihat makhluk itu yg
hanya berdiri seperti menunggu reaksi gw
pasrah, itu yg dulu gw pikirin, sampai gw
mendengar suara cambuk di lecutkan dari jauh, rupanya itu Udin dan Jamal,
mereka kembali dan berlari menuju gw sembari menghantakkan cambuk dari dahan
pohon pisang, seketika itu juga gw bisa lihat makhluk itu berlari cepat sekali-
menghilang di sela-sela bambu yg bertebaran
di kebun ini
rupanya, Udin dan Jamal tidak meninggalkan gw, saat mendengar suara Wergoel mereka sudah di peringatkan, karena Wergoel biasanya hanya mngejar 1 orang yg paling lambat, Wergoel tidak pernah bisa menyerang lebih dari 1 kali
rupanya, Udin dan Jamal tidak meninggalkan gw, saat mendengar suara Wergoel mereka sudah di peringatkan, karena Wergoel biasanya hanya mngejar 1 orang yg paling lambat, Wergoel tidak pernah bisa menyerang lebih dari 1 kali
dan untuk itulah yg pertama kali mereka
lakukan adalah mencari pohon Pisang, karena mereka tau, gw gak bakal bisa lari
secepat mereka, malam itu menjadi kenangan bagi kami bertiga, dan setiap kali
gw bertemu dengan Jamal dan Udin, gw selalu mengingatkan mereka tentang-
masa kecil kami dimana kami bertemu dengan
Wergoel yg akan terus gw ceritain untuk anak2 gw kelak.
satu hal lagi, yg bakal gw jelasin, konon menurut kabar yg gw denger, kemunculan Wergoel biasanya menjadi pertanda, bukan pertanda baik atau buruk, melainkan pertanda bahwa-
satu hal lagi, yg bakal gw jelasin, konon menurut kabar yg gw denger, kemunculan Wergoel biasanya menjadi pertanda, bukan pertanda baik atau buruk, melainkan pertanda bahwa-
tidak jauh dari tempat suara Wergoel muncul,
sesungguhnya ada makhluk yg jauh lebih mengerikan tengah mengamati, siapa itu?
WEWE GOMBEL.
namun nanti gw akan ceritain Wewe Gombel ini.
karena yg gw ceritain berikutnya adalah makhluk Hitam yg besar, yg dulu suka sekali memakan-
WEWE GOMBEL.
namun nanti gw akan ceritain Wewe Gombel ini.
karena yg gw ceritain berikutnya adalah makhluk Hitam yg besar, yg dulu suka sekali memakan-
gabah. warga kampung gw memanggilnya dengan
"Kemuning Ireng" atau lebih di kenal dengan sebutan "BUTO"
3. KEMUNING IRENG (BUTO)
Pertama kali gw denger cerita ini dari desa
sebelah, masih satu kecamatan dengan desa gw.
suatu malam, terdengar sebuah suara seseorang tampak tengah mengunyah. semakin lama, suaranya semakin intens, karena rasa penasaran, maka di carilah suara itu yg rupanya berasal dari sawah
suatu malam, terdengar sebuah suara seseorang tampak tengah mengunyah. semakin lama, suaranya semakin intens, karena rasa penasaran, maka di carilah suara itu yg rupanya berasal dari sawah
namun anehnya tidak ada siapapun disana,
tapi suaranya masih terdengar, dengan berbekal obor di tangan, pak Salim tetap
mencari.
ia tidak pernah berpikir macam2 sebelumnya, berjalan di atas rerumputan basah di samping sawah pak Salim masih mencari sumber suara itu.
ia tidak pernah berpikir macam2 sebelumnya, berjalan di atas rerumputan basah di samping sawah pak Salim masih mencari sumber suara itu.
sampai ia berhenti di atas tumpukan padi yg
sudah di babat, dan menyisahkan akar liarnya, disana pak Salim melihatnya.
sesosok makhluk yg tingginya hampir setara dengan pohon mengkudu, besarnya kurang lebih 3 lelaki dewasa gemuk, kulitnya hitam legam dengan mata kecil di wajah
sesosok makhluk yg tingginya hampir setara dengan pohon mengkudu, besarnya kurang lebih 3 lelaki dewasa gemuk, kulitnya hitam legam dengan mata kecil di wajah
sosok itu menyaruk2 bekas gabah,
memasukkanya ke dalam mulutnya yg besar, seolah2 makhluk itu sudah lama tidak
pernah makan, melihat itu, pak Salim sampai harus menahan nafas, karena pak
Salim tau. makhluk apa yg ada di hadapanya.
menunggu, sendirian, pak Salim masih
menunggu makhluk itu pergi, dan benar saja, setelah puas melahap habis sisa
gabah di depanya, makhluk itu pergi, langkahnya tersaruk2, yg pak Salim ingat
hanya satu, bau tubuhnya seperti bau ubi di panggang dalam api.
berpikir bahwa pak Salim sudah aman, beliau
menceritakan ini pada semua orang, beberapa menanggapi dengan tidak percaya, yg
lain menanggapi dengan ngeri, dan yg membuat pak Salim harus menelan ludah
adalah ketika pak Salim bercerita pada tetangganya.
wajahnya pucat mendengar tutur kalimat pak
Salim, seolah setiap kalimatnya seperti racun, dengan gagap, tetangga pak Salim
memberitahu sebuah mitos tua. tentang makhluk yg suka memakan Gabah. Kemuning
ireng. katanya.
menurut kepercayaan, Kemuning Ireng memang
berkeliaran setiap malam, biasanya ia hanya memakan sisa gabah dari sawah yg
baru saja panen, dan sesiapa yg melihat Kemuning Ireng untuk menjaga lisanya, dan
tidak menceritakanya kepada siapapun,
karena orang jawa percaya, Kemuning Ireng
muncul biasanya di ikuti oleh pertanda bahwa di musim berikutnya, Sawah itu
akan panen kembali dengan hasil yg lebih memuaskan, namun, ada satu pantangan
yg tidak boleh di lakukan, sesiapa yg melihat Kemuning Ireng, di larang keras-
menceritakan wujudnya pada siapapun, karena
Kemuning Ireng bisa mencium aroma darah manusia, dan bila malam itu pak Salim
berpikir bahwa makhluk itu tidak tau bahwa pak Salim memergokinya, sepertinya
pak Salim harus berpikir kembali, bisa saja, Kemuning Ireng itu memang sedang-
mengujinya, dengan cara berpura2 tidak tau,
dan dengan kejadian bahwa pak Salim sudah menceritakan tentang kemunculan
makhluk ini, pak Salim mulai di liputi rasa takut. setiap malam, beliau akan
berhenti di pintu rumah, melihat keluar dari jendelanya, berharap makhluk-
itu tidak datang menemuinya
malam demi malam di lewati pak Salim dengan rasa khawatir yg bertumbuh menjadi paranoit parah, sampai di malam yg entah keberapa, pak Salim mencium aroma familiar, aroma Ubi yg baru saja di bakar di bara Api
Pak Salim terdiam melihat sesuatu mendekat
malam demi malam di lewati pak Salim dengan rasa khawatir yg bertumbuh menjadi paranoit parah, sampai di malam yg entah keberapa, pak Salim mencium aroma familiar, aroma Ubi yg baru saja di bakar di bara Api
Pak Salim terdiam melihat sesuatu mendekat
di jaman itu tidak ada rumah penduduk yg
terbuat dari batu bata dan semen, karena rumah jaman dulu kebanyakan di bangun
dari bambu atau kayu, pak Salim hanya duduk bersembunyi di balik pintu,
menunggu dan berharap makhluk itu hanya sekedar lewat, namun, aromanya semakin
menyengat
tidak beberapa lama, aroma itu menghilang,
lenyap begitu saja. pak Salim kembali mengintip apakah makhluk itu benar2
pergi, di lihatnya dari sela bambu di dalam rumahnya, dan benar saja, bayangan
yg tadi mendekat sudah lenyap
berpikir bahwa malam ini pak Salim sudah
aman, pak Salim bergegas menuju kamarnya, namun, kaget bercampur kebingungan,
pak Salim melihat isterinya sedang tidur dengan dirinya sendiri.
benar, di atas ranjang, ada sosok yg menyerupai dirinya, sedang tidur bersama isterinya.
benar, di atas ranjang, ada sosok yg menyerupai dirinya, sedang tidur bersama isterinya.
rupanya, itu bukan mimpi. berkali2 pak Salim
mengingatkan dirinya, sampai ia sadar, aroma sosok yg menyerupai dirinya tercium
seperti aroma ubi rebus, di situlah pak Salim sadar, makhluk itu entah dengan
cara apa dan bagaimana sudah menjelma menjadi dirinya, pertanyaanya sekarang
apa yg terjadi dengan pak Salim?
kabarnya, setelah kejadian itu, pak Salim di
temukan dalam keadaan gila, isterinya yg pertama kali tahu, namun banyak warga
yg mengatakan apa yg terjadi dengan pak Salim karena kelakuanya tempo hari,
menceritakan apa yg seharusnya tidak di ceritakan.
tetangganya sendiri menceritakan semuanya
kepada isterinya. apa yg terjadi dengan pak Salim adalah ulah dari Kemuning
Ireng, dan memang kebanyakan dari mereka bila berurusan dengan makhluk ini
hanya memiliki 2 pilihan.
mati secara tidak wajar, atau menjadi gila
selama2nya..
4. Mbah Puteri (Bahu laweyan) dan Jin Penjaga
Mbah Puteri adalah salah satu tetua paling
di hormati dulu di kampung ini. karena, sebelum kampung ini benar2 berdiri
seperti saat ini, Mbah Puterilah yg pertama kali tinggal di sebuah rumah besar
dengan gaya arsitektur belanda.
menurut kabar yg sering gw dengar dari
orang2, sehari2 mbah Puteri mengenakan kebaya lengkap dengan sanggulnya, akan
tetapi, ada hal yg membuat warga sedikit takut dengan mbah Puteri, apa itu?
kabarnya, di belakang mbah Puteri kadang terlihat manusia yg tinggi besar
kabarnya, di belakang mbah Puteri kadang terlihat manusia yg tinggi besar
beberapa menyebutnya dengan Jin penjaga yg
mengikuti mbah Puteri, dan berapa jumblah mereka??
mungkin ini terdengar sedikit berlebihan, menurut apa yg gw denger dari cerita orang2, yg mengikuti mbah Puteri hampir seperti sebuah pasukan kerajaan.
mungkin ini terdengar sedikit berlebihan, menurut apa yg gw denger dari cerita orang2, yg mengikuti mbah Puteri hampir seperti sebuah pasukan kerajaan.
ada lagi yg membuat mbah Puteri sedikit di
takuti, yaitu, dia seringkali memakan bunga-bunga'an yg tumbuh di halaman
rumahnya secara langsung tepat di depan warga kampung.
benarkah mbah Puteri sebegitu misteriusnya, kali ini, gw akan ceritakan detail siapa mbah Puteri itu?!
benarkah mbah Puteri sebegitu misteriusnya, kali ini, gw akan ceritakan detail siapa mbah Puteri itu?!
mbah Puteri pertama kali datang dan
membangun rumah di kampung ini setelah mengikuti suaminya yg adalah seorang
Menir yg bertugas mengawasi lahan Tebu, suaminya mbah Puteri sendiri memiliki
kedudukan strategis di pabrik gula dekat dengan kampung gw
saat sebelum kampung ini di huni, yg ada
disini hanya sebuah Rawa yg di penuhi oleh pepohonan rindang, di kiri kanan
rumah pun hanya ada tanaman2 liar, saat itu, keadaan kampung ini nyaris seperti
alas kecil, begitu sepi nan mencekam
selama pernikahan mbah Puteri dengan
Suaminya (Menir), mbah Puteri belum juga di karuniai seorang anak. kabarnya,
banyak gosip yg berkembang bahkan sampai suami ke 14 nya beliau, mbah Puteri
kabarnya tidak boleh bersetubuh dengan lelaki manapun termasuk Suaminya sendiri
namun itu hanya sebuah rumor, yg terjadi
adalah, Suami mbah Puteri lebih banyak menghabiskan waktu di pabrik atau lahan
tebu yg jaraknya tidak terlalu jauh dari desa gw, karena sendirian inilah,
kabarnya mbah Puteri seringkali berinteraksi dengan mereka yg berbeda alam
disinilah pertanyaan terbesar gw?
mungkinkah kesepian yg membuat mbah Puteri beralih menjadi sesuatu yg membuat orang2 berpikir bahwa mbah Puteri memiliki ilmu hitam.
sebegitu kuatnya kah beliau??
sampai tidak ada yg berani membicarakan beliau termasuk para tetua kampung
mungkinkah kesepian yg membuat mbah Puteri beralih menjadi sesuatu yg membuat orang2 berpikir bahwa mbah Puteri memiliki ilmu hitam.
sebegitu kuatnya kah beliau??
sampai tidak ada yg berani membicarakan beliau termasuk para tetua kampung
namun ada cerita yg selalu membuat gw
merinding tiap kali gw inget.
seinget gw sampai saat ini, gw gak pernah tau, bagaimana wajah atau rupa mbah Puteri namun Ibuk, selalu mengatakan bahwa gw, seringkali di datangi oleh mbah Puteri
seinget gw sampai saat ini, gw gak pernah tau, bagaimana wajah atau rupa mbah Puteri namun Ibuk, selalu mengatakan bahwa gw, seringkali di datangi oleh mbah Puteri
bahkan Ibuk bercerita, mbah Puteri sudah
menganggap gw sebagai anaknya.
sekarang, tiap gw inget nama beliau, gw selalu terbayang wajah wanita tua yg gk pernah gw lihat secara nyata namun wajah wanita tua itu selalu terkenang termasuk ketika gw melihat Nini towok, wajahnya nyaris
sekarang, tiap gw inget nama beliau, gw selalu terbayang wajah wanita tua yg gk pernah gw lihat secara nyata namun wajah wanita tua itu selalu terkenang termasuk ketika gw melihat Nini towok, wajahnya nyaris
sama persis. mungkinkah itu wajah mbah
Puteri? gw gak tau.
kembali ke cerita mbah Puteri, disinilah, dulu, mbah Puteri kabarnya pernah membuat sebuah patung kecil yg di buat dari jerami, dan batok kelapa, patung itu tepat di letakkan di depan rumahnya.
setiap hari, patung itu-
kembali ke cerita mbah Puteri, disinilah, dulu, mbah Puteri kabarnya pernah membuat sebuah patung kecil yg di buat dari jerami, dan batok kelapa, patung itu tepat di letakkan di depan rumahnya.
setiap hari, patung itu-
terus bertambah. lagi, lagi, dan lagi,
sampai halaman mbah Puteri penuh dengan patung itu. ketika suaminya pulang,
beliau kaget dengan apa yg terjadi di dalam rumah mereka, disinilah awal kengerian
itu muncul, karena patung yg lebih terlihat seperti boneka pasak itu,
kabarnya di setiap patung jerami itu, ada
Jin yg mendiaminya.
setiap malam, ketika hari mulai gelap, seringkali terdengar suara2 dari luar rumah yg membuat suaminya tidak nyaman, berbeda dengan suaminya, mbah Puteri senantiasa memasang wajah penuh senyuman yg di artikan-
setiap malam, ketika hari mulai gelap, seringkali terdengar suara2 dari luar rumah yg membuat suaminya tidak nyaman, berbeda dengan suaminya, mbah Puteri senantiasa memasang wajah penuh senyuman yg di artikan-
seperti melihat anaknya sendiri.
lambat laun, suaminya semakin lama kesehatanya semakin menurun, beliau menjadi lebih sering sakit2an, mbah Puteri tetap menjalankan kewajibanya sebagai isteri,, merawat dan menemaninya bahkan sampai ajal menjemput.
lambat laun, suaminya semakin lama kesehatanya semakin menurun, beliau menjadi lebih sering sakit2an, mbah Puteri tetap menjalankan kewajibanya sebagai isteri,, merawat dan menemaninya bahkan sampai ajal menjemput.
mbah Puteri kemudian kembali menikah.
Suami keduanya beliau juga bernasib sama, lama kelamaan entah apa yang terjadi di rumah itu, tiba-tiba saja jatuh sakit. lalu kemudian berujung pada maut kembali.
disini, mulai banyak pendatang yang menempati lahan di kampung ini
Suami keduanya beliau juga bernasib sama, lama kelamaan entah apa yang terjadi di rumah itu, tiba-tiba saja jatuh sakit. lalu kemudian berujung pada maut kembali.
disini, mulai banyak pendatang yang menempati lahan di kampung ini
disinilah, kakek gw membuka lahan pertama
yang anehnya, saat kakek gw datang, dia sempat bertamu di rumah mbah Puteri.
berceritalah kakek gw waktu itu, rumah mbah Puteri kabarnya ramai oleh suasana
tidak mengenakan.
dan benar saja. rupanya, pasak-pasak yang di pasang-
dan benar saja. rupanya, pasak-pasak yang di pasang-
memang bukan pasak sembarangan. rupanya itu
adalah cara mbah Puteri melindungi dirinya.
melindungi dari apa??
nanti gw jelasin, karena sejujurnya cerita mbah Puteri ini sangat panjang jadi kelak gw akan ceritakan detailnya. bukan sekarang.
melindungi dari apa??
nanti gw jelasin, karena sejujurnya cerita mbah Puteri ini sangat panjang jadi kelak gw akan ceritakan detailnya. bukan sekarang.
di pernikahan berikutnya itulah mbah Puteri
baru di ketahui bahwa beliau adalah Bahu laweyan. apa itu bahu laweyan?
Bahu laweyan adalah mereka-mereka yang umumnya sudah di sukai oleh jin sejak pertama mereka lahir
Bahu laweyan adalah mereka-mereka yang umumnya sudah di sukai oleh jin sejak pertama mereka lahir
Jin ini tidak pernah berniat merasuki atau
mencelakai, sebaliknya, mereka menjaga si bahu laweyan namun dengan catatan,
tidak boleh ada yang berani-berani mendekati seorang bahu laweyan, apalagi
menikahinya, karena jin ini akan terus dan terus membuat pasangan bahu laweyan-
-tersiksa lalu kemudian meninggal.
cara membunuhnya, menurut orang yang tahu perihal fenomena ini, setiap malam hari, ketika sudah terlelap, jin ini akan menghisap darah pasanganya, perlahan-lahan, dan hal ini lah yang lambat laun menjadi rasa sakit, hingga berujung kematian.
cara membunuhnya, menurut orang yang tahu perihal fenomena ini, setiap malam hari, ketika sudah terlelap, jin ini akan menghisap darah pasanganya, perlahan-lahan, dan hal ini lah yang lambat laun menjadi rasa sakit, hingga berujung kematian.
namun biasanya, Bahu Laweyan hanya berakhir
di pernikahan ke 7, karena setelah pernikahan ke 7, bahu laweyan terlepas dari
ikatan jin itu. yang menjadi pertanyaanya, kenapa Mbah Puteri bisa menikah
hingga 14 kali??
jawabanya, karena yang ikut mbah Puteri
bukan 1 Jin, melainkan satu pasukan Jin.
jadi, gw akhiri soal Mbah Puteri dan Bahu Laweyan. kita lanjut ke cerita berikutnya.
jadi, gw akhiri soal Mbah Puteri dan Bahu Laweyan. kita lanjut ke cerita berikutnya.
~Nyai Pigih
Tidak ada yang tidak tau bila mendengar nama nyai Pigih, terutama warga rt 05, karena kabarnya, nyai Pigih tinggal di area ini.
Tidak ada yang tidak tau bila mendengar nama nyai Pigih, terutama warga rt 05, karena kabarnya, nyai Pigih tinggal di area ini.
Desa ini memiliki 6 rt, dimana rt 5 adalah
rt yang paling dekat dengan rawa dan area pemakaman, serta rt 05 merupakan rt
yang paling sepi warganya. Bahkan jarak satu rumah ke rumah lain sangat jauh.
Selain itu, rt 05 juga adalah rt yang paling
subur, sejuk, dan nyaman, karena masih di tumbuhi banyak pohon, jadi cuaca
panas pun tidak pernah terasa di rt 05, namun kenyamanan rt 05 sepertinya tidak
bisa du ucapkan manakala matahari sudah tenggelam.
Kenapa. Karena ketika hari petang, rt 05
adalah rt yang paling mengerikan, bukan hanya karena sepi dan gelap gulita,
namun karena banyaknya aktifitas dunia lain yang kadangkala bersinggungan
dengan warga, termasuk kehadiran nyai Pigih.
Siapa nyai Pigih.
Siapa nyai Pigih.
Nyai Pigih atau yang lebih di kenal dengan
Pigih yang berarti perawan, adalah sosok wanita bergaun putih dengan rambut
panjang yang terurai hingga menyentuh tanah, menurut warga yang pernah
melihatnya, penampilanya selalu berbeda-beda namun inti kehadiranya sama.
yaitu bahwa nyai Pigih adalah seorang
perempuan yang pernah hidup dan meninggal di hari dimana ia akan menikah
sehingga ia bergentayangan dan suka menampakkan diri pada laki-laki.
Namun faktanya, nyai Pigih lebih sering
menampakkan dirinya di hadapan anak mbuncit yaitu anak terakhir.
Yudi. Adalah teman gw sewaktu SMP, rumahnya ada di rt 05, dulu, Yudi pernah punya pengalaman dengan nyai Pigih yang menurutnya ia tinggal di pohon Juwet samping kamarnya.
Yudi. Adalah teman gw sewaktu SMP, rumahnya ada di rt 05, dulu, Yudi pernah punya pengalaman dengan nyai Pigih yang menurutnya ia tinggal di pohon Juwet samping kamarnya.
Rumah Yudi sendiri berdiri di tanah paling
ujung, berdekatan dengan kebun bambu, tetangga terdekatnya adalah seorang kakek
nenek bernama mbah Giso, yang menempati lahan kebun Bambu, setiap petang, rumah
Yudi pasti sudah di tutup, dan memang jaman dulu selalu seperti itu.
Kamarnya sendiri berada di belakang, dan di
samping kamar Yudi, ada sebuah pohon juwet tua.
Semua orang pasti tau apa itu pohon Juwet,
sejak dulu pohon juwet memang menyimpan sejuta misteri, karena menurut kabar,
pohon juwet adalah salah satu pohon yang di sukai oleh bangsa lelembut,
termasuk pohon juwet samping kamar Yudi.
Setiap malam, Yudi mencium aroma melati yang
menyengat dari luar kamarnya.
Aroma melati bukanlah hal asing bagi mereka yang sudah terbiasa meniumnya, karena mitosnya, aroma melati seringkali di kaitkan dengan kehadiran 3 makhluk, Kuntilanak, Sundel bolong, dan nyai Pigih.
Aroma melati bukanlah hal asing bagi mereka yang sudah terbiasa meniumnya, karena mitosnya, aroma melati seringkali di kaitkan dengan kehadiran 3 makhluk, Kuntilanak, Sundel bolong, dan nyai Pigih.
Namun kali ini, tidak hanya aroma melati
yang tercium, namun, sebuah ketukan di jendela kayu kamar Yudi.
“tok tok tok”
“tok tok tok”
Yudi sendiri tidak berani memeriksanya,
apalagi melihatnya. Karena pernah Yudi tanpa sengaja menangkap sosok asing saat
ia tidak sengaja mengintip dari celah jendela kayunya.
Yudi melihat sesuatu di sudut lahan luar
kamarnya, tepat di bawah pohon juwet, ada seseorang yang sedang berjongkok. Ia
mengenakan gaun putih, dengan rambut yang sangat panjang, awalnya Yudi
mendengar suara lirih, seperti seseorang sedang bernyanyi, membuyarkan kantuk
Yudi.
Berbekal nekat dan penasaran, Yudi
mengintipnya.
Ketakutan adalah hal pertama yang Yudi rasakan.
Meski membelakangi, namun Yudi tau, suara itu berasal dari dia yang ada disana. Nadanya hampir menyerupai nada sinden yang biasa terdengar di pergelaran wayang.
Ketakutan adalah hal pertama yang Yudi rasakan.
Meski membelakangi, namun Yudi tau, suara itu berasal dari dia yang ada disana. Nadanya hampir menyerupai nada sinden yang biasa terdengar di pergelaran wayang.
Lama Yudi mengamati, sampai, ia membalikkan
wajahnya.
Setelah itu. Yudi melesat ke tempat tidur, mencoba melupakan apa yang baru saja dia lihat, apakah semuanya berakhir disini.
Setelah itu. Yudi melesat ke tempat tidur, mencoba melupakan apa yang baru saja dia lihat, apakah semuanya berakhir disini.
Kabarnya semenjak kejadian itu. Yudi
seringkali merasa bahwa dia terkadang mampir dan masuk ke dalam kamar Yudi.
Yang paling tidak akan bisa Yudi lupakan adalah, ketika Yudi melihatnya, duduk
di almari baju Yudi, menatapnya dengan bibir tersenyumnya.
Meski begitu, Yudi mengatakan bila nyai
Pigih tidak pernah sampai membuatnya celaka, hanya menampakkan dirinya
sesekali, seolah memberitahu eksistensinya di hadapan Yudi.
~ Sundel Bolong
ada satu jalan di kampung gw yang bisa di katakan paling di hindari, karena di jalan ini seringkali terlihat seorang wanita yang cantik nan jelita tengah duduk menunggu pedagang keliling lewat, hanya saja. di punggung wanita ini ada sebuah lubang mengangah.
ada satu jalan di kampung gw yang bisa di katakan paling di hindari, karena di jalan ini seringkali terlihat seorang wanita yang cantik nan jelita tengah duduk menunggu pedagang keliling lewat, hanya saja. di punggung wanita ini ada sebuah lubang mengangah.
ya. warga kampung memanggilnya. Sundel
bolong.
tidak sedikit mereka yang pernah bersaksi melihat
makhluk yang satu ini.
karena kecantikanya kadang membuat seseorang tidak sadar, termasuk Cak mun, yang dulu seringkali berjualan bakso daganganya di kampung gw,
karena kecantikanya kadang membuat seseorang tidak sadar, termasuk Cak mun, yang dulu seringkali berjualan bakso daganganya di kampung gw,
setiap kali ia akan lewat jalan itu,
seolah-olah firasatnya selalu di liputi perasaan tidak enak, namun ia tidak
dapat menolak karena jalan ini merupakan akses satu-satunya ke kampung gw.
singkatnya, ada sebuah buk kuning atau
tempat duduk yang di bangun dari semen dan biasanya di gunakan warga untuk
nongkrong karena tempatnya sendiri berada di perempatan antara rt 03 dan rt 04,
disinilah biasanya terlihat seorang wanita tengah duduk sendirian
cak Mun yang tau bahwa wanita yang tengah
duduk sendirian itu bukanlah manusia berusaha bersikap wajar, namun setiap kali
melewati wanita itu, cak Mun selalu mencium aroma amis daging empela.
berbeda dengan cak Mun, dulu ada penjual
nasi goreng yang tidak tahu menahu tentang cerita ini, sehingga ia melewati
jalan ini sendirian dan melihat wanita muda itu yang tengah duduk memanggilnya.
sepanjang malam, si penjual di buat heran
karena wanita itu sudah memesan lebih dari 7 porsi sendirian, meski begitu, ia
belum menaruh curiga sedikitpun.
setelah selesai, si wanita membayar penjual nasi goreng dengan uang yang sangat banyak, sehingga ia berpikir bahwa malam ini-
setelah selesai, si wanita membayar penjual nasi goreng dengan uang yang sangat banyak, sehingga ia berpikir bahwa malam ini-
sungguh mujur.
sampai, si wanita mengatakan. "mas nyuwun tulung, saget?" (mas, bisa minta tolong?)
sampai, si wanita mengatakan. "mas nyuwun tulung, saget?" (mas, bisa minta tolong?)
mendengar itu si penjual nasi goreng
bertanya, tolong apa, si wanita hanya mengatakan bahwa punggungnya gatal, dan
tanganya tidak sampai, meski awalnya ragu, karena di anggap tidak sopan,
akhirnya si penjual nasi goreng menyanggupinya.
berbekal ketidaktahuanya, si penjual nasi
goreng mulai menggaruk punggungnya, aneh, karena kulit si wanita ketika di
garuk tiba-tiba mengkerut, seolah ikut tercabut, selain itu, ada aroma empela
yang sangat amis dan membuat si penjual tidak nyaman.
dari hal-hal seperti itu, si penjual nasi
goreng mulai merasa curiga, sampai, di kuku jarinya ia mendapati belatung
disana, kaget, si penjual nasi goreng melihat wanita di hadapanya.
rupanya, penampilan wanita itu sudah
berubah. rambutnya panjang terurai dengan berantakan, sementara baju yang di
kenakan menjadi kain kafan panjang, dan tepat di punggungnya, si penjual
melihat daging terkoyak membentuk lubang besar, disana, ia melihat ada puluhan
belatung
di akhiri suara tertawa cekikikan, si
penjual tumbang, jatuh pingsan dan baru di temukan warga keesokan paginya.
akhirnya si penjual di beritahu bahwa yang menemuinya semalam adalah jelmaan sundel bolong yang memang suka usil di kawasan dekat sini, takut dan ngeri semenjak-
akhirnya si penjual di beritahu bahwa yang menemuinya semalam adalah jelmaan sundel bolong yang memang suka usil di kawasan dekat sini, takut dan ngeri semenjak-
saat itu, warga sepakat memberikan
pencahayaan di jalan ini.
hingga saat ini, jalan itu masih terkenal dengan cerita ini, meski penampakan sundel bolong di jalanan ini sudah tidak pernah terdengar lagi.
hingga saat ini, jalan itu masih terkenal dengan cerita ini, meski penampakan sundel bolong di jalanan ini sudah tidak pernah terdengar lagi.
yang berikutnya akan menjadi penutup Thread
ini sekaligus salah satu cerita yang gak akan pernah gw lupain, yaitu. Keranda
mayat yang berjalan sendiri mengelilingi kampung.
sebegitu terkenalnya cerita ini sampai
pernah masuk koran lokal, dan bila kalian pernah mendengar cerita keranda mayat
yang berjalan sendiri, mungkin dari kampung gw lah cerita itu pertama kali
muncul.
0 Response to "KAMPUNG LELEMBUT BY SIMPLEMAN"
Post a Comment