MISTERI PEMBUNUHAN DI GARASI PABRIK " Bagian II :Arwah Yang Di Kawal Ghaib"

Ini adalah kisah tentang hal-hal mistis yang terjadi semenjak penemuan jasad mbak Nia di Garasi Pabrik.





Ada banyak cerita yang disampaikan oleh warga masyarakat sekitar, dari lingkungan tetangga H. Takur, tetangga mbak Nia, karyawan pabrik, keluarga mbak Nia, juga dari putri mbak Nia.

Agak sulit mengurutkan alur ceritanya. Karena sumber cerita yang diantaranya lupa waktu kejadian
Mungkin, satu cerita yang disampaikan oleh tetangga dan kerabat H. Takur ini saling berhubungan.

Malam itu, keadaan sekitar rumah H. Takur terlihat sepi. Senyap, bagai tak berpenghuni. Garis polisi masih mengitari lokasi tempat mbak Nia ditemukan bersimbah darah.
Kesunyian itu bukan karena rumah itu kosong. H. Takur dan istrinya, nyatanya berada di dalam rumah.

Memang, sejak kejadian itu, keluarga H. Takur jadi jarang berbaur di kalangan tetangga sekitar. Dikarenakan, pihak keluarga merasa tidak nyaman, selalu dituduh sebagai pembunuh-
- padahal, pihak keluarga sudah sering meyakinkan warga sekitar bahwa bukan anggota keluarganya lah yang membunuh mbak Nia. Namun, pembelaan yang dilakukan seakan tidak berarti. Pasalnya, pelaku pembunuhan tersebut belum juga ditemukan.
Karena hal itu lah, mbak Gina sering menangis. Mbak Gina sering merasa tidak nyaman, dan tersakiti oleh gunjingan yang terkadang ia dengar dari warga yang secara diam-diam membicarakan tentang kematian mbak Nia.

Keluarganya, seakan terjebak dalam suatu permasalahan yang begitu-
- berat untuk dihadapi.

Malam itu, mbak gina sedang menangis di dalam kamarnya. Entah, saat itu H. Takur berada bersamanya atau tidak.

Saat ia hampir terlelap seusai menangis, tiba-tiba terdengar suara berisik dari luar kamarnya. Sepertinya, dari arah dapur.
Mendengar hal itu, ia merasa agak merinding dan ketakutan. Dilihatnya putrinya sudah tidur lelap.

Dengan rasa takut yang bercampur dengan rasa khawatir, dikira ada seseorang yang berniat jahat di dalam rumahnya, ia memberanikan diri untuk keluar kamar.
Suara itu semakin berisik didengarnya dari arah dapur. Sesekali suara itu berhenti saat langkah kaki mbak gina terdengar. Sesampainya di area dapur, tidak ada seorang pun yang ia temukan berada disana.

Bulu kuduknya pun seakan berdiri, seiring dengan rasa takut yang ia rasakan
Tak ada siapa pun, mbak gina berniat kembali ke kamarnya. Namun, saat ia hampir sampai di depan pintu kamarnya, sesosok mata seakan sedang mengintainya dari arah jendela.

Mbak gina terkaget, dan hampir berteriak, saat jendela tersebut seakan diketuk pelan.
Mbak gina pun mulai histeris ketakutan. Buru-buru ia masuk kedalam kamarnya, dan tidur memeluk anaknya, sambil sesekali matanya mengawasi arah pintu kamarnya.

Dan dari luar kamar itu, mulai terdengar suara tangis, yang bernada meratap.
Kejadian seperti itu beberapa kali terus ia alami.

Mbak Gina pun, menceritakan hal-hal yang dialami pada salah satu kerabatnya. Dan ia pun, pernah curhat, bahwa ia mulai tidak nyaman berada di rumahnya itu.
Kejadian lain yang dialami oleh mbak gina adalah kedatangan alm. Mbak Nia di mimpinya. Dalam mimpi tersebut, mbak Nia seakan meminta tolong pada mbak Gina, selain agar berusaha mengungkap penyebab kematiannya, juga memohon agar mbak Gina lebih peduli kepada keluarganya.
Terkait usaha pengungkapan penyebab kematian mbak Nia, sepertinya dalam mimpi mbak Gina pernah diberitahu perihal siapa pelakunya. Namun, mungkin karena suatu hal, mbak Gina tidak berani memberitahu siapa pun.

Suatu hal apakah itu?
Jawaban dari pertanyaan itu, akan terjawab nanti.

Kembali pada mimpi mbak Gina, disini saya ingin menceritakan sisi psikologis mbak Gina yang sebenarnya telah merasa tidak nyaman, dan seperti tertekan oleh omongan warga sekitar.
Dalam mimpinya, mbak Nia berpesan agar mbak Gina lebih peduli dengan keluarganya, terutama kedua anak mbak Nia yang setelah kejadian itu berstatus Yatim Piatu. Namun, pihak keluarga mbak Nia yang terlanjur terbawa emosi, terkesan jadi antipati dengan keluarga H. Takur.
Disitulah rasa bersalah itu selalu ia rasakan. Sebagai seseorang yang telah dianggap sebagai keluarga, mbak Gina tidak bisa memenuhi pesan yang diberikan oleh mbak Nia padanya.
Tidak hanya hadir dalam mimpi mbak Gina, mbak Nia pun beberapa kali diceritakan hadir di mimpi orang lain, termasuk putrinya, Tuti.

Entah mimpi Tuti ini sama dengan mimpi mbak Gina atau tidak, tapi sepertinya ada kemiripan.

Dan saya akan ceritakan apa yang dialami Tuti dalam-
- mimpinya.

Seperti yang pernah saya bahas di Sesi sebelumnya, dalam mimpi Tuti, ia dibawa pada Hari sebelum jasad ibunya ditemukan tak bernyawa di Garasi Pabrik.
Sebelum ke cerita tentang Mimpi Tuti, salah seorang tetangga H. Takur pun pernah bermimpi tentang Mbak Nia. Mimpi tetangga H. Takur ini, juga ternyata berkaitan dengan sesuatu di mimpi Tuti.
Di sesi sebelumnya, saya mencampurkan sudut pandang beberapa saksi menjadi satu sudut pandang tokoh.
Di sesi ini, akan saya detailkan keterangan tokoh-tokoh yang pernah saya gabungkan.

Jadi, nama tokoh pun akan bertambah dari sebelumnya.
Beberapa saksi memberikan keterangan tentang sehari sebelum kejadian penemuan jasad Mbak Nia di Garasi Pabrik. Setiap cerita pun seolah saling melengkapi.

Dan mimpi seorang tetangga H. Takur ini, adalah kelanjutan dari beberapa keterangan tentang sehari kejadian.
Sehari sebelum kejadian, mbak Nia memang terlihat oleh beberapa warga dan tetangga H. Takur di sekitar kampung. Dari mengantar jajan lamaran, berinteraksi dengan tetangga, dan masih terlihat menjemur pakaian di rumah H. Takur.

Namun, sore itu mbak Nia menghilang, entah kemana.
Tidak ada yang mengetahui keberadaan mbak Nia sore itu.

Sampai seorang tetangga H. Takur menceritakan sebuah kejadian yang ia yakini adalah sebuah mimpi, beberapa hari setelah jasad mbak Nia ditemukan. Mimpi itu, diceritakan pada suaminya.
Mbak Fira adalah istri dari mas Adin, salah seorang pekerja di pabrik itu yang rumahnya masih disekitar kampung. Masih bertetangga dengan H. Takur, namun cukup jauh dari lokasi pabrik.

Saat suaminya pulang, mbak Fira menceritakan sebuah mimpi yang belum sempat ia ceritakan.
Dalam mimpi itu situasinya seolah mbak Nia belum meninggal.

Ia melintas di depan rumah mas Adin, saat Fira sedang menyuapi anaknya di depan rumah.
Fira berteriak menyapa Mbak Nia,
"Pak ring ngendi mbak?, sore-sore kok durung bali"
(Mau kemana mbak, sudah sore belum pulang?)
Mbak Fira melihat mbak Nia muncul dari jalan setapak di sebuah tanah rimbun yang arahnya menuju rumah salah satu warga yang baru saja mengadakan hajatan.

Mbak fira tidak terlalu mengingat apa saja yang dilihatnya. Yang di ingat, hanya pakaian dan kerudung yang dipakai mbak Nia.
Pakaiannya sama seperti yang dipakai oleh mbak Nia, saat jasadnya ditemukan. Dan kerudung yang dipakai, menurut mbak Fira adalah kerudung yang beberapa kali ia lihat sering di pakai mbak Nia.

Suaminya pun terheran mendengar cerita itu. Karena saat ditemukan-
Jasad mbak Nia tidak mengenakan kerudung.

Rasa penasaran terkait kerudung itu, membuatnya bertanya pada Tyo. Dan benar saja, keberadaan kerudung itu pun masih menjadi pertanyaan.
Setelah mas Adin menceritakan mimpi Mbak Fira itu, Tyo juga diberitahu tentang apa yang pernah di impikan ponakannya, Tuti, beberapa hari setelah jasad Ibunya ditemukan.

Hal itu pun, kembali menjadi diskusi diantara keluarganya.
Dalam mimpinya, Tuti dibawa ke sebuah kejadian yang terasa seperti nyata.

Siang itu, setelah menjemput Tuti pulang dari sekolah, mbak Nia kembali ke rumah majikan.

Sebelum pergi meninggalkannya, ibunya berpesan sesuatu padanya.
"Nduk, mengko susul ibuk yo, ngomong karo mas Man, kon gowo ondo".
(Nduk, nanti susul ibu ya, bilang pada Mas Man, suruh bawa tangga.)

"Ondo? Nggo opo buk?"
(Tangga? Buat apa bu?)

"Ngomong bae karo Mas Man, nduwur plapon ono serbet, kon jupuk"
(Bilang saja pada Mas Man, ambilkan serbet yang ada di atas plapon rumah).

Yang belum saya sampaikan di sesi sebelumnya adalah perihal siapa Tokoh Mas Man yang dimaksud dalam mimpi Tuti.

Lalu, siapa kah Mas Man?
Mas Man adalah seorang tukang yang mengabdi pada seorang tokoh desa, yang pernah menjadi majikan mbak Nia.
Tokoh desa tersebut biasa dipanggil dengan panggilan Abah, yang masih merupakan keluarga H. Takur, kakak dari mbak Gina.
Kembali pada kejadian dalam mimpi Tuti.

Tuti, anak perempuan Mbak Nia, pun kemudian menuruti perintah ibunya. Dia pergi mencari Mas Man.

Tapi, tidak juga bertemu Mas Man, Tuti justru melihat sesuatu yang mencurigakan di area pabrik.
Tuti memberanikan diri untuk masuk ke dalam pabrik. Entah bagaimana caranya ia bisa masuk dalam pabrik. Yang di ingatnya, tiba-tiba melihat kejadian yang tak bisa ia lupakan.
Di dalam area pabrik, Tuti melihat seseorang yang berjubah hitam, sedang memukuli ibunya, wajahnya tak terlihat karena jubahnya menutupi hampir seluruh tubuhnya.

Melihat kejadian itu, Tuti berusaha berteriak sekeras ia bisa, namun aneh suaranya tak terdengar sedikitpun.
Tuti berusaha mendekat untuk menolong ibunya, namun tubuhnya seakan seperti hologram yang tidak mampu menyentuh apa pun.
Orang berjubah itu seakan menatap kearahnya, namun wajahnya masih tak terlihat.
Tuti menyaksikan orang itu menggorok leher ibunya dengan kawat tajam.
Menyadari keberadaan Tuti, orang berjubah itu berusaha mengejar Tuti. Lalu, terdengar mbak Nia bersuara, "mlayu nduk. Mlayu!"
(Lari nak. Lari!)

Tuti yang ketakutan, berlari sekuat tenaga, hingga keluar dari area pabrik.
Sesampainya di luar pabrik, Tuti melihat majikan ibunya yang sedang menelpon. Dengan raut wajah yang ketakutan, ia meratap meminta tolong.

Tuti berusaha memberitahu majikan ibunya, tapi seakan tidak ditanggapi.
Mungkin karena keberadaan Tuti seakan tidak terlihat.
Tuti teringat dengan Mas Man, dan kembali mencarinya, namun tak kunjung bertemu Mas Man, Tuti memberanikan diri kembali masuk kedalam pabrik.

Tapi, yang dilihat olehnya adalah jasad ibunya yang sudah tak bernyawa sedang -
- diseret ke arah garasi. Namun, dari sampingnya tiba-tiba muncul sosok Ibunya yang menyuruh Tuti untuk pergi dari tempat itu.

Saat itulah Tuti terbangun, dan kembali menangis. Sedih, meratap, teringat ibunya sudah tak ada lagi disampingnya.
Ada kemungkinan, mbak Gina mengalami mimpi yang sama.

Dari cerita seorang narasumber, dirinya pernah mendengar kabar bahwa mbak Gina sering menceritakan mimpi yang masih berkaitan dengan mbak Nia, pada salah satu kerabat yang rumahnya masih sekampung dengannya.
Tidak hanya Mbak Gina dan Tuti yang seringkali di datangi mbak Nia dalam mimpinya. Hal yang sama juga dialami oleh beberapa pihak keluarga Mbak Nia dan warga kampung.

Sosok yang diyakini arwah mbak Nia pun beberapa kali dikabarkan sering menampakkan diri.
Dengan pertimbangan bahwa pihak kepolisian cukup kesulitan menyelidiki kasus ini, dan keresahan yang dirasakan oleh beberapa orang yang sering diberi pertanda oleh sosok mbak Nia, maka Pak H. Rusdi dan pihak keluarga pun akhirnya berniat mempertanyakan kasus ini pada paranormal.
Ada beberapa tokoh disarankan pada Pak H. Rusdi saat itu. Dan yang pertama di datangi oleh pak H. Rusdi dan pihak keluarga adalah salah seorang tokoh di wilayah T****.
Setelah mempertimbangkan banyak hal, pak H. Rusdi dan keluarga pun mendatangi tokoh tersebut dengan harapan bisa mendapatkan petunjuk terkait kematian mbak Nia.

Disana, tokoh yang dikenal sebagai paranormal itu mencoba melakukan mediumisasi arwah korban pada seorang mediator.
Terkait mediator, pernah saya sebut di sesi sebelumnya dengan nama Mbak Fira. Mbak Fira yang menjadi mediator, bukan istri mas Adin. Tapi orang lain yang bisa dikatakan sebagai murid dari tokoh yang di datangi oleh Pak H. Rusdi dan keluarga.
Pak Roni yang saat itu ikut dalam rombongan, sebenarnya tidak begitu percaya dengan hal-hal yang berkaitan dengan paranormal. Selain karena beliau sosok orang terpelajar, beliau juga dikenal sebagai orang yang mengerti dan taat agama.

Keikut sertaannya dalam upaya itu pun-
- hanya sekedar menuruti keinginan Pak H. Rusdi yang memang paling greget memperjuangkan kasus itu. Sama halnya dengan Tyo, yang hanya sekedar penasaran, namun ingin kasus ini segera terungkap.
Pak Roni agak sedikit heran dengan gerakan yang dilakukan oleh tokoh paranormal itu. Pasalnya, baru pertama kali beliau menyaksikan prosesi pemanggilan arwah dan mediumisasi.

Tak seperti yang sering ditontonkan di televisi, gerakannya lebih sederhana. Namun tetap terlihat aneh
Tak berapa lama, Fira, seorang relawan yang menjadi mediator dalam prosesi itu mulai berubah sikap.

Badannya tiba-tiba tegap, seperti mendapat dorongan dari arah belakang. Dan entah disadarinya atau tidak, ia mulai menggelengkan kepala-
Dan perlahan melemas, dan tertunduk.
Pak Roni yang duduk bersila bersama yang lain pun, sampai berusaha menunduk untuk memperhatikan raut wajah Fira.

Pak Roni seperti ingin lebih memperhatikan sorot mata Fira yang berubah sayu.
Sang Tokoh itu mulai memberi bisikan pada pak Rusdi, mengisaratkan bahwa sudah ada sosok yang telah masuk dalam tubuh mediator.

Kemudian, dengan suara lirih mempersilakan pak Rusdi untuk mengajukan pertanyaan pada Fira yang telah dirasuki.
Pak Rusdi enggan menanyakan sendiri pada mediator, dan hanya menjelaskan apa yang ingin ditanyakan pada sang Tokoh.

Dan dimulai lah interaksi dengan sosok arwah yang telah berada di tubuh Fira.
Pertanyaan pertama yang diajukan Tokoh paranormal itu, adalah memastikan siapa yang merasuki Fira.

"Saiki aku arep takon, sampean kui sopo?"
(Sekarang, aku ingin bertanya, kamu siapa?)

Fira sedikit menggerakkan kepalanya, dan sekali lagi tokoh paranormal itu kembali bertanya.
"Aku kui klalen aku ki sopo. Sing jelas iki dudu awakku"
(Aku lupa siapa aku. Yang jelas ini bukan tubuhku).

Mendengar jawaban itu, sosok yang ada dalam tubuh fira terus diberi pertanyaan yang sama.

"Aku klalen, aku kui sopo. Masalahe, matiku ora wajar. Dadi ora penak kabeh".
(Aku itu lupa, siapa aku. Karena, kematianku tak wajar. Jadi aku tak tenang).

Pak Roni, yang mendengar jawaban itu mulai ragu. Jangan-jangan bukan ponakannya yang telah merasuk di tubuh Fira. Bahkan, pak Roni sempat berfikir, sebenarnya Fira tidak sedang dirasuki.
Sedangkan Tyo, masih agak serius mengamati.

"Aku kui rak penak kabeh. Aku kepikirane wong tuoku. Aku ki pokok e, pingin nguber wong kui bae".
(Aku benar-benar tak tenang. Aku kepikiran orang tuaku. Pokoknya, aku ingin mengejar orang itu saja).

"Wong kui sopo? Sing mateni koe?"
(Orang itu, siapa? Yang membunuhmu?)
Tubuh Fira menganggukkan kepalanya. Seolah membenarkan.

"Aku pingin nguber wong kui bae. Men biso sadar. Asale bakale cok dilakoni maneh"
(Aku ingin ngejar orang itu saja. Supaya sadar. Karena nantinya bisa jadi melakukan lagi)
"Lah aku, pingine yo wong tuoku kui biso ngiklaske bae. Soale, bakale dadi lorone. Wes, aku pasrah, men sing bales gusti Allah bae"
(Aku berharap, orang tuaku bisa ikhlas. Karena, nantinya jadi sakit hati. Aku pasrah. Biar Allah yang membalas)

"Aku yo pingin diwajarke."
(Aku juga ingin kematianku segera diwajarkan).

Tyo yang terus mengamati, sedikit merasa yakin bahwa itu adalah sosok kakaknya.

Tokoh paranormal itu memandang ke arah pihak keluarga, seolah bertanya apakah akan langsung dilanjutkan ke pertanyaan lain?
"Keluargamu kan jaluk tulung aku, saiki aku pak takon. Saiki ceritake sakabehane kejadiane awakmu"
(Keluargamu kan meminta bantuanku, sekarang aku ingin bertanya. Ceritakan semua kejadian kematianmu)

Fira yang masih dirasuki, mulai mengangkat kepalanya, memperhatikan sekitar.
"Pas kui ki ho, wong do lungo kabeh. Nyong diundang, yo aku ngelakokke opo sing biasane. Lah pas sorene pak maghrib kae, aku ning mburi, ngentasi. Kok moro-moro ono krusuk-krusuk. Ngertiku curut"
(Saat itu, semua pergi. Aku dipanggil. Aku melakukan kegiatan seperti biasa. Sore-
- harinya, sebelum maghrib, aku di belakang, angkat jemuran. Tiba-tiba ada suara berisik. Kukira ada tikus)

"Tak teruske, moro-moro aku digebug. Aku kan montal. Aku montal, aku dibopong."
(Saat aku melanjutkan aktifitasku, ada yang memukulku hingga tersungkur. Lalu aku dibopong)
"Diboponge ki wagu, yo loro kabeh. Terus di gowo ring ngendi, aku dibanting otok"
(Dibopong agak dipaksa, sakit semua. Lalu entah dibawa kemana, aku pun dibanting)

"Aku e ngolak koyo kae aku ne malah dinganu."
(Aku melawan malah dipukul)
"Lha sing paling orak penak kui kupingku. Disogok diuntir-untir. Kan loro".
(Yang paling menyakitkan itu kupingku, ditusuk -dg gerakan seperti orang nge-bor-)

Pak Roni, tiba-tiba tersentak heran mendengar cerita itu. Seakan kaget tak percaya mendengar penuturan mediator tentang-
- kronologi kejadian. Pak Roni yang awalnya tak begitu percaya, beliau teringat dengan bekas luka yang ada di bagian leher dekat telinga dari jasad mbak Nia saat ditemukan.

Pak Roni yakin, tak ada orang lain yang tau selain yang ada dilokasi saat jasad mbak Nia ditemukan.
Dari situ, pihak keluarga pun meyakini bahwa yang merasuk ditubuh Fira adalah benar sosok mbak Nia.

Sebelumnya, yang diketahui pihak keluarga hanya terkait kondisi luka di jasad mbak Nia.

Penuturan Fira saat mediasi itu, seakan memberikan gambaran penyebab luka-luka itu.
Sedangkan Tyo, mulai menyimpulkan bahwa penuturan itu, bisa dikatakan sama dengan kejadian di mimpi yang diceritakan Tuti.

Mungkin kah keduanya merupakan sebuah petunjuk yang menggambarkan kejadian sebenarnya?

Lalu, siapa kah yang memukul dan membunuh mbak Nia?
Proses mediasi belum selesai. Masih ada beberapa hal yang belum disampaikan oleh sosok mbak Nia, di dalam tubuh Fira.

Setelah menceritakan kronologis kejadian, penyebab kematiannya, pertanyaan selanjutnya adalah terkait barang bukti yang dipakai pelaku.
"Saiki aku pak takon, barang sing nggo nggebuk awakmu saiki nangendi?"
(Sekarang aku tanya, benda yang dipakai untuk memukulmu, dimana?)

"Sek ono nang kono"
(Masih disana)

"Lha sing nggo nyogok kupingmu?"
(Yang dipakai untuk menusuk kupingmu?)
Mediator terdiam, kepalanya mendongak dan menatap salah seorang pendamping yang memegangi tubuhnya.

"Sampean wes tak wenehi reti si?"
(Kamu sudah saya beri tahu kan?)

Sang Tokoh paranormal itu pun tertuju pada pendamping itu.

"Iyo, iyo tah. Tapi aku ora patio paham, nek kui -
- sing mok maksud"
(Iya, benar. Tapi aku tak menyadari kalau itu yang kamu maksud)

"Karang mung bayangan, imajinasine sampean tak temoke karo imajinasiku"
(Karena memang sekedar bayangan, penglihatanmu tersambungkan dengan penglihatanku.)

"Iyo. Tapi mbuh saiki sek nang kono -
- opo ora".
(Iya. Tapi, tak tau apa masih ada disana atau tidak).

Mendengar hal itu, Pak Roni seakan menemukan petunjuk. Setelah pulang dari tempat itu, ia pun berencana akan mengajak Pak Rusdi untuk memeriksa ke TKP.
Berbeda dengan pak Rusdi, mendengar penuturan mediator dari awal, beliau sudah keburu berkesimpulan ada keterlibatan majikan mbak Nia atas kematian ponakannya itu.
Seandainya barang bukti itu ditemukan, beliau akan memastikan pelakunya untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya.
"Wong e juga sik nang sekitaran kono"
(Orangnya juga masih disekitar tempat itu)

"Sing mateni koe pok?"
(Yang membunuhmu?)

"Iyo. Sing sijine ki koyo wong pinter kae. Tapi sijine maneh, wong e ora tenang, keluarga ne yo ora tenang"
(Iya. Salah satunya seperti orang berilmu -
Tapi yang satunya lagi, sudah merasa tak tenang, keluarganya pun tak tenang)

"Dudu kerono wes mateni aku. Tapi wedi konangan"
(Bukan karena telah membunuhku. Tapi takut ketahuan)

Mendengar hal itu, Pak Roni agak bertanya-tanya. Mungkin kah pelakunya lebih dari satu orang?
"Saiki aku pak takon. Kok biso, awakmu ketemu ne nang garasi pabrik?"
(Sekarang pertanyaannya, kok bisa tubuhmu ditemukan di garasi pabrik?)

Tubuh mediator agak menggeliat, terlihat dari tubuh pendamping yang seakan berusaha lebih keras memegangi tubuh mediator.
"Pas kui, bar mateni aku, wong e do ribut dewe. Ono sing ngomong, buak kebon, ono sing ngomong buak kali bae, mengko ketemu ne ning kono."
(Saat setelah membunuhku, orangnya panik. Ada yang bilang, buang dikebon. Ada yang bilang buang di sungai saja. Nanti ketemu di suatu tempat)
"Borone ora sido. Asale keweden. Karo koyone ono sing weruh."
(Untungnya tidak jadi. Karena ketakutan. Dan sepertinya ada yang melihat).

Tiba-tiba, pandangan mediator tertuju ke arah lain. Matanya melotot, seperti ketakutan.
Sang Tokoh paranormal itu mencoba menenangkan mediator. Setelah itu, mediasi itu pun selesai setelah mediator menyampaikan pesan terakhirnya.

"Tapi mengko bakale ketemu. Mbuh bakale dipenjara opo ora, aku rak reti. Tapi, nek sampe wong kui dipenjara, urusane biso dowo".
(Tapi, nantinya pasti terungkap. Entah akan ditangkap atau tidak, aku tak tau. Tapi, kalau sampai orang itu tertangkap, urusannya akan semakin panjang).

Selain pesan terakhir itu, mediator pun menyampaikan keinginan sosok yang merasukinya, agar kematiannya diperlakukan secara -
- wajar, dan berharap pihak keluarga terus mengirimkan doa untuknya.

Prosesi mediasi pun selesai. Dan pihak keluarga dipersilakan keluar ruangan. Sedangkan sang tokoh paranormal itu, ingin menetralisir tubuh mediator terlebih dahulu sebelum menyusul pihak keluarga.
Di luar ruangan, pihak keluarga mbak Nia mulai membahas petunjuk yang disampaikan oleh sosok mbak Nia yang di mediasi.

Pak H. Rusdi begitu yakin, bahwa pasti ada keterlibatan pihak majikan. Namun, Pak Roni, berusaha memberi pengertian.

Kasus ini, harus diselesaikan secara hukum
- dan prosesnya, tetap harus diserahkan pada pihak kepolisian. Begitu pula dengan Tyo, yang memahami apa yang disampaikan Pak Roni.

Perdebatan kecil pun sempat terjadi. Dan setelah menunggu, Tokoh Paranormal itu pun keluar ruangan.
Namun, ada perbedaan yang terlihat dari raut wajah tokoh paranormal itu.
Seakan gelisah, entah karena apa.

Sebelum pihak keluarga mbak Nia pamit pulang, tokoh paranormal itu sempat menyampaikan sesuatu yang terjadi setelah pihak keluarga keluar ruangan.
Tokoh paranormal itu menuturkan bahwa saat mencoba menetralisir tubuh mediator, tiba-tiba ada sosok lain yang merasuki tubuh mediator itu.

Sosok yang menurutnya sudah mengikuti arwah mbak Nia sebelum di mediasi. Tokoh paranormal itu sedikit mengetahui darimana asalnya-
- tapi tak disampaikan pada pihak keluarganya.

Mediator yang dirasuki sosok itu pun sempat menyerang dan memperingatkannya agar tidak ikut campur terlalu dalam dengan kasus yang terjadi. Karena konsekuensinya adalah Nyawa nya sendiri.
Perkataan terakhir paranormal itu sedikit menjelaskan alasan kenapa raut wajahnya saat keluar dari ruangan tampak gelisah dan agak ketakutan.

Dalam benak pihak keluarga korban, muncul berbagai pertanyaan yang diluar nalar.
Kenapa kasus ini sampai melibatkan pihak lain (ghaib)? Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa pelaku yang bisa sampai melakukan hal yang seharusnya bertentangan dengan Agama, hanya untuk menutupi kasus ini?

Pertanyaan-pertanyaan itu, tidak mudah hilang dari benak mereka.

0 Response to "MISTERI PEMBUNUHAN DI GARASI PABRIK " Bagian II :Arwah Yang Di Kawal Ghaib""

:) :( ;) :D ;;-) :-/ :x :P :-* =(( :-O X( :7 B-) :-S #:-S 7:) :(( :)) :| /:) =)) O:-) :-B =; :-c :)] ~X( :-h :-t 8-7 I-) 8-| L-) :-a :-$ [-( :O) 8-} 2:-P (:| =P~ :-? #-o =D7 :-SS @-) :^o :-w 7:P 2):) X_X :!! \m/ :-q :-bd ^#(^ :ar!

Post a Comment